SINAR
Ku lihat foto kakak temanku mengingtkan aku pada adiknya. Teman sekaligus sahabat baikku. Ku ingin sekali berjumpa dengan dia saat ini. Tapi hal itu mustahil bagiku.
Walaupun sekejab ku mengenalnya..
Raut wajah dan senyumannya masih tertanam subur di ingatanku..
Ku masih ingat kala Ia tersenyum. Kala Ia curhat kepadaku. Ku juga masih ingat kala ia marah, atau dikala diharahi oleh guru. Bahkan raut wajahnya dikala Ia menangis. Ku sering melihat Ia menyendiri jika sedang berpuasa sunnah.
Ku masih ingat kala Ia tersenyum. Kala Ia curhat kepadaku. Ku juga masih ingat kala ia marah, atau dikala diharahi oleh guru. Bahkan raut wajahnya dikala Ia menangis. Ku sering melihat Ia menyendiri jika sedang berpuasa sunnah.
Ku masih ingat dengan jelas suaranya dikala Ia memimpin barisan kelas disaat apel pagi. Ia berteriak, tapi teman-teman justru menertawainnya. Bahkan masih teringat jelas raut wajahnya menjelang kepergiannya yang tak kan pernah kembali.
Senyum yang dulu ceria. Bersinar seperti namanya nampak redup. Ia menatapku seakan ingin mengajaku bicara, Ia sepertinya ingin tertawa lepas, namun Ia tak kuasa. Yang Ku sesalkan, mengapa hari itu ku tak ajak Ia bicara seperti biasanya. Yang ku pikir masih banyak waktu. Tapi, Pemilik waktu itu berkehendak lain.
Ku yakin Ini memang yang terbaik baginya. Tuhan Tak ingin memberikan Hidup yang panjang sebab Tuhan punya rencana terbaik bagi Sahabatku. Mungkin Tuhan,Tak ingin Sahabatku dikemudian hari menjadi ingkar kepada-Nya, mungkin juga Tuhan tak ingin keistiqomahannya menjadi rapuh. Atau Tuhan tak ingin Puasa sunnah yang sering Ia lakukan berakhir sia-sia. Mungkin juga Tuhan mengabulkan Do'a yang dipanjatkannya ketika Ia sakit yang memohon diberi kematian bila memang itu terbaik baginya di akhirat.
Mungkin, mungkin dan mungkin...
Itu Semua Rahasia-Nya, Ku yakin PASTI itu yang terbaik baginya. Selamat jalan sobat, Suaramu masih terngiang-ngiang jelas ditelingaku. Tak pernah kulupa hingga saat ini.
Semoga Allah menempatkanmu di Surga-Nya..
Amin...