Memo Buatmu
Tak terasa sebulan lebih sudah usia hubungan kita. Selama itu bersamamu kurasakan hidup penuh warna. Walau terkadang pertengkaran melintas antara kita. Tak apa, anggap saja itu "bumbu" dalam sebuah hubungan. Berusaha mengerti kamu semampuku, termasuk meredam keinginanku untuk menuntut lebih padamu. Kutahu itu tak mungkin. Aku bukan type pria penuntut, yang kuinginkan sesungguhnya adalah kau menyadari apa inginku.
Bukan tak pernah kau menyakitiku, dan kuyakin engkaupun pernah merasa tersakiti olehku. Kuingat saat beberapa hari umur hubungan kita, kata-kata tajammu sangat melukaiku. Aku hanya mampu menutup wajahku dengan tangan gemetar. Menyalahkan diriku yang begitu lemah di depanmu, perlawananku bagai tak artinya jika berhadapan denganmu. Aku bagai tak mengenali diriku sendiri…. entah di mana aku yang dahulu?
Dalam hidupku, di seluruh perjalanan dan di seluruh pengalaman yang pernah kujalani, baru sekali inilah aku mengalami perasaan yang sedemikian menyakitkan. Begitu pedih dan perihnya jiwaku sampai berpikir apapun aku tak mampu lagi. Ini benar-benar suatu tragedi, bahkan suatu malapetaka bagiku.
Sesuatu yang merusak seluruh prinsip hidupku, sesuatu yang menghancurkan seluruh kebanggaanku selama ini. Sebab selama ini aku adalah pria yang mandiri, di mana hatiku tetap utuh tanpa pernah dipengaruhi oleh keberadaan seorang wanita dalam bentuk ketergantungan apa pun. Tetapi kini, rasanya nilai seperti itu sudah tak ada lagi padaku. Bahkan tak tersisa sedikitpun. Semua itu terjadi sejak kau hadir dan merusak tatanan pertahanan hatiku yang telah kususun dengan rapi.
Mengenalmu, membawa perubahan besar padaku. Bahkan aku sendiri baru menyadari bahwa sesungguhnya aku bukanlah gunung es yang telah lama membeku seperti perkiraan orang-orang selama ini terhadapku. Menolakmu bukannya tak pernah kucoba, tapi semakin kuberusaha menghalau sosokmu dalam bayanganku semakin jelas jua kau tampakkan dirimu dan selalu menjadi bayang-bayang di setiap langkahku.
Aku terus mengeluh sendirian dengan perasaan yang semakin lama semakin tercabik-cabik. Setelah semua yang terjadi di antara kita, semakin kurenungkan, makin kurasakan seperti sedang berdiri di muka layar film yang sedang memutar seluruh kisah paling memalukan dalam hidupku. Seluruh hati nurani sampai paling tersembunyi, menggugatku keras-keras.
Aku kenal diriku. Aku bukanlah pria yang mudah tergiur oleh hebatnya seorang wanita dan betapa pun besarnya daya pikatnya. Dari dulu sepotong hatiku telah kuserahkan secara utuh untuk seseorang yang telah menjadi masa laluku. Dia yang sejak remajaku telah mengambil semua simpati dan cintaku dan kemudian pergi, lenyap tanpa jejak.
Tak pernah kurencanakan menggantikannya dengan seseorang yang baru kukenal. Tapi kau, …. kau telah memporak-porandakan susunan teka-teki kokoh dalam hatiku. Tak kusadari dan tak kuramalkan sebelumnya ternyata harus kuakui aku telah jatuh cinta padamu. Kau dengan segala tingkah lakumu yang terkadang keras dan egois namun kau pun dapat selembut serabut kapas. Perpaduan laku yang kontras membuat kau lain di mataku.
Dan kini kusadari, tanpa kau dalam hidupku aku bagaikan robot. Kau semangatku, doping bagiku sekaligus candu yang setiap saat menggerogoti waktu dan pikiranku. Sayang……. kutak ingin menuntut apapun darimu, biarlah kujalani hidupku bagaikan air mengalir. Kau dan aku mengerti di mana kita berpijak. Biarkanlah aku menikmati semua rasa indah yang mengalir dalam hidupku, kuharap kau pun demikian.
Semoga…
Luwuk, Januari 2013
Luwuk, Januari 2013