Antara Sultim dan Listrik
MALAM itu udara terasa sejuk. Di luar sana gerimis menitik dan membasahi sela-sela jendela. Suasana sepi tiba-tiba pecah oleh suara mesin cetak koran beroperasi lalu kemudian tiba-tiba berhenti mendadak setelah Listrik Padam.
Para Operator Mesin berteriak spontan, menghujat, memaki dengan sumpah serapah ditujukan buat PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang seenaknya memadamkan listrik tanpa mengikuti jadwal Pemadaman bergilir yang diumumkan pihak PLN melalui koran lokal.
Lalu, mereka mengajak Aku melihat kondisi mesin kemudian keluar diteras Kantor. Berkumpul di teras sambil menghirup udara malam dan menikmati Gelapnya Kota Luwuk. Pemandangan yang menakjubkan dan Ironi bagiku ketika melihat Pusat Kota Luwuk yang gelap gulita (maklum letak kantor di tempat ketinggian,so bisa melihat hampir sebagian Pusat Kota) Kondisi ini membuatku berpikir sejenak Apa Ia ini calon Ibu Kota Sultim?
Ironi kadang-kadang memilukan, ketika Luwuk berjuang memperjuangkan ibu kota sudah lebih dari 10 tahun untuk membentuk suatu Daerah Otonom Baru (DOB) menjadi Propinsi Sultim justru tanpa didukung oleh Listrik. Bagiku itu hal yang mustahil. Bagiku listrik adalah Sarana yang paling vital dalam sebuah kemajuan daerah. "Kalau listriknya saja tidak beres Bagaimana mungkin para investor mau tertarik ???? " gumamku dalam hati.
Luwuk, November 2009